Senin, 24 Oktober 2011

Mathematics Teachers’ Professional Development through Lesson Study in Indonesia

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Kegiatan Lesson Study mempunyai tujuan untuk memberikan kontribusi peningkatan sekunder
pendidikan matematika dengan mengejar praktik yang baik dari mengajar matematika (Marsigit, 2003). Lesson Study untuk matematika sekunder dilakukan oleh pendekatan terutama melalui penelitian tindakan kelas. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan praktek belajar mengajar dan untuk menemukan metode yang lebih tepat untuk memfasilitasi siswa belajar. Tujuan khusus dari kegiatan Lesson Study adalah:
(1) untuk mengembangkan instrumen dan peralatan untuk proses belajar mengajar,
(2) untuk mengembangkan metode pengajaran dan model untuk proses belajar mengajar,
(3) untuk mengembangkan materi mengajar untuk proses belajar mengajar, dan
(4) untuk mengembangkan evaluasi mengajar untuk proses belajar mengajar.

Dalam kerjasama antara Pemerintah Indonesia (GOI) dan JICA-Jepang, tiga universitas UPI
Bandung, UNY-Yogyakarta dan UM-Malang melakukan proyek yang disebut IMSTEP-JICA untuk mengejar praktek yang baik untuk mengajar matematika dengan memberdayakan dan mengembangkan pendidikan guru (Herawati Susilo, 2003). Dimulai pada tahun 1999 dan berlangsung pada tahun 2005, memperluas proyek yang dihasilkan melalui kegiatan piloting Lesson Study untuk praktek mengajar matematika yang baik dalam tiga wilayah yakni Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Kegiatan uji coba dilakukan dalam tiga kelompok yaitu Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah (Yogyakarta), dan Jawa Timur (Malang). Studi Pelajaran dikembangkan di mana guru, bekerja sama dengan dosen dan para ahli dari Jepang untuk mencoba beberapa model pengajaran di sekolah-sekolah (Gorman, 2005). Para dosen Program Pelatihan Guru dan guru sekolah bekerja bersama-sama, mengubah atau menyusun kembali beberapa nomor Lesson Study. Dasar kegiatan Lesson Study yakni mencerminkan dan mempromosikan paradigma baru dari matematika sekunder dan pendidikan ilmu pengetahuan, di mana kegiatan belajar tidak hanya dirasakan pragmatis dan berorientasi jangka pendek tetapi juga dianggap sebagai tujuan hidup yang lama.

Ada bukti kuat bahwa kegiatan Lesson Study meningkatkan antusiasme siswa, motivasi, kegiatan, dan kinerja. Hal ini juga meningkatkan profesionalisme guru dalam hal kinerja mengajar, variasi metode pengajaran / pendekatan, dan kolaborasi. Dosen dan para tenaga ahli harus tahu lebih banyak tentang masalah yang dihadapi oleh guru. Karena guru membutuhkan waktu untuk bergeser ke arah pembelajaran yang berorientasi atau berpusat kepada siswa. Guru mencoba untuk mengembangkan metode pengajaran yang didasarkan pada kegiatan dan kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan bahan lokal.

Siswa belajar aktif dan terlibat dalam diskusi untuk berbagi ide diantara teman-teman sekelas. Siswa belajar dan menikmati pelajaran matematika selama kegiatan Lesson Study karena beberapa alasan. Menurut siswa, pelajaran yang diterima menjadi tidak begitu formal, isinya lebih mudah untuk dipelajari, para siswa mampu mengekspresikan ide-ide mereka, para siswa punya banyak waktu untuk mendiskusikan dengan teman sekelas mereka, dan siswa mendapat pengalaman lebih di bidang ilmu pengetahuan dan matematika.

Proyek Lesson Study terbukti sangat efektif dalam mengangkat semangat siswa dalam pembelajaran matematika serta dalam membantu siswa untuk mengembangkan kegiatan eksperimental mereka dan keterampilan untuk melakukan diskusi dan juga memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan konsep ilmiah mereka sendiri. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme, siswa mungkin menemukan gaya terbaik dalam mereka melakukan kegiatan belajar.
Good Practice of Mathematics Teaching Through lesson Study and Teachers Professional Development

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan


Dalam mengembangkan metode pengajaran pembelajaran, guru perlu untuk merencanakan skenario mengajar, merencanakan kegiatan siswa, mendistribusikan tugas, mengembangkan metode penilaian, dan untuk memantau kemajuan prestasi siswa. Untuk mengembangkan pengalaman mereka, para guru juga perlu berpartisipasi sering dalam jenis seperti lokakarya atau seminar. Dengan menggunakan bahan-bahan pengajaran guru-guru dapat melakukan proses belajar mengajar lebih efisien. Siswa menikmati proses belajar mereka karena mereka terlibat dalam mengamati dan melakukan hal-hal. Meskipun ada berbagai jenis bahan mengajar yang telah dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan Lesson Study, masih terdapat beberapa topik lagi yang masih perlu memiliki bahan pengajaran yang lebih baik. Oleh karena itu, dosen dari tiga perguruan tinggi perlu memiliki pekerjaan lebih lanjut untuk berkolaborasi dalam mengembangkan bahan pengajaran yang lebih masa depan.

Selanjutnya, studi ini juga merekomendasikan bahwa untuk meningkatkan kualitas matematika dan ilmu pendidikan, pemerintah pusat perlu:
(1) mengimplementasikan kurikulum yang lebih cocok yaitu sederhana dan lebih fleksibel,
(2) mendefinisikan peran guru yaitu guru harus memfasilitasi siswa perlu belajar,
(3) mendefinisikan kembali peran kepala sekolah, kepala sekolah harus mendukung pengembangan guru profesional dengan memungkinkan mereka untuk menghadiri dan berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, pertemuan-pertemuan dan pelatihan,
(4) mendefinisikan kembali peran sekolah, sekolah harus mempromosikan manajemen berbasis sekolah,
(5) mendefinisikan peran pengawas;, pengawas harus memiliki latar belakang yang sama sebagai guru yang mereka mengawasi agar dapat melakukan pengawasan akademik,
(6) meningkatkan otonomi guru untuk berinovasi mengajar matematika dan ilmu pengetahuan dan belajar,
(7) mempromosikan kolaborasi yang lebih baik antara sekolah dan universitas dalam hal komunikasi antara dosen dan guru harus ditingkatkan, ini bisa dilakukan melalui penelitian tindakan kolaboratif dan bertukar pengalaman melalui seminar dan lokakarya,
(8) mendefinisikan sistem evaluasi, dan
(9) untuk memperpanjang proyek untuk mempromosikan paradigma baru dan inovasi pendidikan.

Proyek Lesson Study terbukti sangat efektif dalam mengangkat semangat siswa dalam ilmu belajar, membantu siswa untuk mengembangkan eksperimental mereka dan keterampilan diskusi, dan dalam memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengembangkan konsep sendiri ilmiah mereka sendiri. Guru dalam  menggunakan pendekatan konstruktivisme, membuat siswa mungkin menemukan gaya terbaik mereka dalam belajar. Persaingan meningkat antara kelompok-kelompok siswa dalam mempresentasikan hasil pekerjaan mereka dan dalam mempertahankan presentasi mereka. Ini memaksa siswa untuk belajar lebih lebih dalam untuk kepentingan mereka sendiri.

Sebagai hasil dari kegiatan Lesson Study ada banyak bahan pengajaran yang dikembangkan baik oleh dosen maupun oleh guru. Mereka materi baik yang dikembangkan oleh dosen atau guru di kelas mereka sendiri atau oleh dosen dan guru sama sekali selama kegiatan Lesson Study. Secara umum, dosen dan guru mengembangkan materi mengajar setelah berpikir luas apa dan bagaimana mengembangkan bahan ajar untuk topik tertentu, dan kemudian mengembangkan bahan. Selanjutnya, mereka mencoba bahan-bahan pengajaran dalam kelas mereka dan direvisi yang didasarkan pada hasil try out.

Jumat, 07 Oktober 2011


Promoting Lesson Study as One of The Ways for Mathematics Teachers Profesional Development in Indonesia: The Reflection on Japanese Good Practice of Mathematics Teaching Through VTR, 2002-2005

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

VTR (Video Tape Recorder) untuk pendidikan guru dan gerakan reformasi di pendidikan matematika, khusus untuk mengembangkan studi pelajaran yang memliki beberapa manfaat yakni: dapat menjadi ringkasan pendek dari pelajaran dengan penekanan pada masalah-masalah utama dalam pelajaran, komponen pelajaran dan kejadian utama di kelas, serta memberi kemungkinan agar masalah dapat dilakukan diskusi dengan guru mengamati pelajaran (Isoda, M., 2006). Melalui pengamatan dari VTR, kita juga bisa belajar nenerapa hal dan menerapkan dalam kegiatan berikutnya. Serta dapat menambah wawasan bago guru di Indonesia dengan mengamati pembelajaran dari konteks yang berbeda di negara yang berbeda (misalnya Jepang) melalui VTR.
Secara umum kegiatan merefleksikan konteks mengajar matematika di negara Jepang melalui VTR pada saat program pelatihan dianggap baik dan berguna oleh para guru. Para guru yang merasakan bahwa kegiatan tersebut perlu disosialisasikan ke kabupaten lain agar lebih banyak guru dapat mempelajarinya. Mereka merasa bahwa pembelajaran yang tercermin dalam VTR adalah model yang baik yang juga dapat diimplementasikan dalam konteks pembelajaran di Indonesia.
Namun untuk menerapkan langsung model pembelajaran ini tentunya tidak akan mudah dan berjalan mulus. Para guru melihat bahwa untuk menerapkan model yang baik dalam mengajar matematika, seperti tercermin dalam VTR, ada beberapa kendala yang datang dari: rencana pelajaran, lembar kerja siswa, kompetensi guru, kesiapan siswa, fasilitas dan peralatan pendidikan, metodologi pengajaran, alokasi waktu, jumlah siswa dan penganggaran.
Guru perlu untuk meningkatkan kompetensi mengajar mereka dan kompetensi isi pengajaran. Mereka menganggap bahwa mereka perlu untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menyiapkan rencana pelajaran dan menghasilkan lembar kerja siswa. Menurut guru, sebagian besar siswa tidak siap atau tidak mampu menyajikan ide-ide mereka, melainkan membutuhkan waktu bagi mereka untuk membiasakan untuk melakukan itu. Sebagian besar sekolah di Indonesia memilik fasilitas pendidikan yang kurang memadai dan guru harus mampu mengembangkan media pengajaran.
Dan kendala yang paling sulit untuk menerapkan model tersebut adalah tentang alokasi waktu. Beberapa guru merasa bahwa tidak mudah untuk memperoleh keseimbangan antara pencapaian kompetensi siswa dengan pertimbangan proses pembelajaran siswa. Sementara itu, guru masih harus memfasilitasi jumlah siswa yang tidak sedikit pada tiap kelas.
Para guru berharap bahwa sekolah dan pemerintah mendukung pengembangan profesional mereka termasuk kesempatan untuk mendapatkan pelatihan, untuk berpartisipasi dalam konferensi, untuk berpartisipasi dalam diskusi antar guru. Para guru merasa bahwa dengan mengikuti kegiatan berdiskusi tersebut mereka mampu membahas dan mengembangkan rencana pelajaran dan membuat lembar kerja siswa. Mereka juga berharap pengadaan fasilitas pendidikan di sekolah oleh pemerintah dan peningkatkan gaji mereka.        






Developing Teacher Trainin Textbooks for Lesson Study in Indonesia

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Peningkatan kualifikasi, kompetensi, dan setifikasi guru dan tenaga kependidikan di Indonesia (Berdasarkan UU No 14/2005) menempatkan guru sebagai pilar utama, yang bertujuan: guru harus memenuhi kualifikasi minimal 4 tahun Sarjana; kuliah harus memenuhi kualifikasi minimal tingkat Master / Ph.D; dan guru harus memiliki sertifikat mengajar. Kerangka hukum untuk reformasi pendidikan di indonesia memerlukan regulasi yang komprehensif untuk mengatur semua aspek pendidikan di semua level. Hal ini juga perlu beradaptasi dengan paradigma “Pendidikan untuk manusia secara kesuluruhan” daripada “Pendidikan untuk penolong pembangunan manusia”.
Menyediakan buku merupakan salah satu kebijakan penting untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Program ideal untuk menyediakan kebutuhan skala besar buku-buku tersebut tidak harus dimonopoli oleh satu atau beberapa lembaga, tetapi membiarkan sekolah untuk memilih kebutuhan buku teks yang tepat yang akan digunakan mereka sendiri. Sehingga siswa memiliki hak mereka untuk memilih dan oleh buku mereka sendiri tanpa banyak intervensi oleh guru atau oleh sekolah.
Namun, situasi yang terjadi di lapangan adalah bahwa hal ini masih sangat jauh bagi guru untuk menghasilkan buku-buku mereka sendiri. Alasan utama adalah kurangnya keterampilan untuk menulis sehingga tidak dapat menghasilkan kualitas buku yang baik dan terjamin mutunya. Dalam kasus penyediaan buku teks, kita menghadapi masalah besar dengan jumlah siswa yang tidak sedikit yang tidak bisa membeli buku karena kebanyakan mereka memiliki latar belakang ekonomis yang dapat dikategorikan sebakgai golongan orang yang tidak mampu. Sehingga banyak harapan dari para guru, siswa dan masyarakat agar pemerintah mampu menyediakan buku-buku dengan harga yang lebih terjangkau.
Upaya pengembangan buku untuk SMP dalam mata pelajaran Matematika harus selalu menempatkan perhatian pada bagaimana kriteria sebuah buku yang baik. Sedangkan hidup adalah dinamis yang selalu berubah dari waktu ke waktu, gaya hidup dan kebtuhan orang-orang juga berubah. Jadi, untuk waktu tertentu dan konteks tertentu, tidak ada kriteria buku teks yang baik. Namun, kita dapat mengikuti teori umum yang ada dan beberapa asumsi, atau dengan saling berbagi dan bertukar pikiran dalam rangka untuk menyediakan buku teks lebih baik.
Secara khusus, untuk kebutuhan untuk mengembangkan buku untuk matematika SMP kita perlu memiliki gambaran yang jelas bagaimana merencanakan dan melaksanakan kegiatan di dalam kelas. Dalam membuat rencana tersebut kita perlu memperhatikan beberapa hal diantaranya yakni: Masalah kegiatan pemecahan, penalaran dan bukti; Komunikasi matematika; Peran teknologi dan ICT; Pengaturan konten dan keterampilan pembangunan; Konten yang sesuai dan relevan; Minat dan kemampuan siswa yang luas; dan mudah untuk mengikuti serta memahami bahan. Dalam kasus pengembangan tata letak atau desain buku kita dapat mempertimbangkan hal berikut: tujuan yang diberikan untuk setiap bagian; latihan yang relevan dengan tujuan kegiatan belajar, mengembangkan tabel dan grafik yang relevan dan berguna; lintas kurikuler belajar dipamerkan; mendefinisikan beberapa kunci dengan jelas dan tepat; menggunakan bahasa yang sesuai kepada siswa.



Pengembangan Kompetensi Guru Matematika SMP RSBI Melalui Lesson Study

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Education has a vital role in the process of improving the quality of human resources. Therefore, education is expected to be one vehicle to prepare the nation's generation, so the birth of human resources that are reliable and have the ability to face the dynamic development of science and technology today are fast, precise and effective. The purpose of learning mathematics, namely: Train ways of thinking and reasoning in drawing conclusions, develop creative activities, develop problem-solving skills, and developing skills in conveying information or communicate ideas.

UU Numb. 20 of 2003 article 50 paragraph 3 of the National Education System, which reads that the Government and local government or hold at least one of the education units at all levels of education to be developed into an international educational unit. This makes some schools to be developed into international school stubs (RSBI). Based on the expectation and the fact the field is to develop the competence of junior high school math teacher RSBI through Lesson Study.

Lesson Study conducted activities consist of classroom action research in each school along with observations by teachers and researchers and continued with a reflection activity. Researchers plan to conduct at least two cycles. Each rotation cycle of action includes planning, implementation of actions and observations, and reflections. In the first cycle, the activities carried out at this stage is to develop guidelines for observation, interview guidelines, and questionnaires on the results of discussions with faculty research mentors. In the second cycle, the activities carried out in the second cycle has a purpose for improvement of the first cycle.

This study aims to enhance the pedagogic competence, professional and social teaching of mathematics at SMP RSBI through Lesson Study in three school SMP Negeri 1 RSBI Wates, SMP Negeri 1 Bantul, SMP Negeri 1 Galur, Kulon Progo. Lesson Study activities are held at large running smoothly, but since the eruption of Mount Merapi, then there are adjustments and repair schedules. Lesson Study activities developed capable of encompassing the research activities of students by developing an instrument of reference chosen.

Teacher Competencies developed include: Competency develop realistic approach to mathematics, Mathematical Competence development and competence develop methods Thingking discussion, between teachers and pupils and between pupils and students, methods of solving problems and methods of investigation. While the student activities related to teacher competence is examined and analyzed independently by the student for the purpose of writing a thesis.


REVITALISASI PENDIDIKAN MATEMATIKA

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Teaching math is not easy because we often find many students who are also not easy to learn mathematics. On the other hand found the fact that it is not easy for educators to change the style of teaching (Dean, 1982: 32). While we as educators are required to constantly adjust our teaching methods in accordance with the demands of changing times (Alexander, 1994: 20). Revitalization of mathematics education trying to put the important role of teachers to make math education more appropriate to educate in the sense of meaning in truth and nature of science which is the object of learning itself.

Revitalization of mathematics education should come from individual educators for self-reflection and reflection factual conditions of practice learning. Reflection will be useful to know the positive aspects and deficiencies or weaknesses that will be used as a suggestion to determine steps or attitude toward a new paradigm in education and then try to implement into real practice.

The results of research by the author (1996: 130) concludes that there is still a gap wide enough for math teachers in implementing the theories of learning. It thus is caused by many factors, among others: lack of understanding of teachers' theories of meaning and how to apply, the education system that is less supportive, less conducive environmental conditions, and teaching facilities incomplete. Target achievement of high grades and completion of the syllabus are the two main factors why the teacher had no other alternative in the teaching of mathematics but only rely on teaching methods within the framework of classical exposition with emphasis on the provision of duty.

That teachers are better able to realize the revitalization of education in mathematics learning that fosters the creativity of students, referring to the Review Cockroft Report (1982) as well as the elaboration of Ebbut, S and Straker, A (1995), there are a few suggestions that might be useful advice for teachers in implementing the learning of mathematics which is divided into several stages:
1.      Teaching Stage Setup
-          Planning for mathematics learning environment
-          Plan activities of mathematics
2.      Learning Phase
-          Developing the role of teacher
-          Set the time to whom and when doing math activities together or not with students
3.      Evaluation Phase
-          Observing students' activities
-          Evaluate yourself