Jumat, 07 Oktober 2011


Promoting Lesson Study as One of The Ways for Mathematics Teachers Profesional Development in Indonesia: The Reflection on Japanese Good Practice of Mathematics Teaching Through VTR, 2002-2005

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

VTR (Video Tape Recorder) untuk pendidikan guru dan gerakan reformasi di pendidikan matematika, khusus untuk mengembangkan studi pelajaran yang memliki beberapa manfaat yakni: dapat menjadi ringkasan pendek dari pelajaran dengan penekanan pada masalah-masalah utama dalam pelajaran, komponen pelajaran dan kejadian utama di kelas, serta memberi kemungkinan agar masalah dapat dilakukan diskusi dengan guru mengamati pelajaran (Isoda, M., 2006). Melalui pengamatan dari VTR, kita juga bisa belajar nenerapa hal dan menerapkan dalam kegiatan berikutnya. Serta dapat menambah wawasan bago guru di Indonesia dengan mengamati pembelajaran dari konteks yang berbeda di negara yang berbeda (misalnya Jepang) melalui VTR.
Secara umum kegiatan merefleksikan konteks mengajar matematika di negara Jepang melalui VTR pada saat program pelatihan dianggap baik dan berguna oleh para guru. Para guru yang merasakan bahwa kegiatan tersebut perlu disosialisasikan ke kabupaten lain agar lebih banyak guru dapat mempelajarinya. Mereka merasa bahwa pembelajaran yang tercermin dalam VTR adalah model yang baik yang juga dapat diimplementasikan dalam konteks pembelajaran di Indonesia.
Namun untuk menerapkan langsung model pembelajaran ini tentunya tidak akan mudah dan berjalan mulus. Para guru melihat bahwa untuk menerapkan model yang baik dalam mengajar matematika, seperti tercermin dalam VTR, ada beberapa kendala yang datang dari: rencana pelajaran, lembar kerja siswa, kompetensi guru, kesiapan siswa, fasilitas dan peralatan pendidikan, metodologi pengajaran, alokasi waktu, jumlah siswa dan penganggaran.
Guru perlu untuk meningkatkan kompetensi mengajar mereka dan kompetensi isi pengajaran. Mereka menganggap bahwa mereka perlu untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam menyiapkan rencana pelajaran dan menghasilkan lembar kerja siswa. Menurut guru, sebagian besar siswa tidak siap atau tidak mampu menyajikan ide-ide mereka, melainkan membutuhkan waktu bagi mereka untuk membiasakan untuk melakukan itu. Sebagian besar sekolah di Indonesia memilik fasilitas pendidikan yang kurang memadai dan guru harus mampu mengembangkan media pengajaran.
Dan kendala yang paling sulit untuk menerapkan model tersebut adalah tentang alokasi waktu. Beberapa guru merasa bahwa tidak mudah untuk memperoleh keseimbangan antara pencapaian kompetensi siswa dengan pertimbangan proses pembelajaran siswa. Sementara itu, guru masih harus memfasilitasi jumlah siswa yang tidak sedikit pada tiap kelas.
Para guru berharap bahwa sekolah dan pemerintah mendukung pengembangan profesional mereka termasuk kesempatan untuk mendapatkan pelatihan, untuk berpartisipasi dalam konferensi, untuk berpartisipasi dalam diskusi antar guru. Para guru merasa bahwa dengan mengikuti kegiatan berdiskusi tersebut mereka mampu membahas dan mengembangkan rencana pelajaran dan membuat lembar kerja siswa. Mereka juga berharap pengadaan fasilitas pendidikan di sekolah oleh pemerintah dan peningkatkan gaji mereka.        





Tidak ada komentar:

Posting Komentar