Promoting Lesson Study as One of The Ways for Mathematics Teachers
Profesional Development in Indonesia: The Reflection on Japanese Good Practice
of Mathematics Teaching Through VTR, 2002-2005
By:
Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by:
Fikri Hermawan
VTR (Video Tape Recorder) untuk pendidikan guru dan gerakan
reformasi di pendidikan matematika, khusus untuk mengembangkan studi pelajaran
yang memliki beberapa manfaat yakni: dapat menjadi ringkasan pendek dari
pelajaran dengan penekanan pada masalah-masalah utama dalam pelajaran, komponen
pelajaran dan kejadian utama di kelas, serta memberi kemungkinan agar masalah
dapat dilakukan diskusi dengan guru mengamati pelajaran (Isoda, M., 2006). Melalui
pengamatan dari VTR, kita juga bisa belajar nenerapa hal dan menerapkan dalam
kegiatan berikutnya. Serta dapat menambah wawasan bago guru di Indonesia dengan
mengamati pembelajaran dari konteks yang berbeda di negara yang berbeda
(misalnya Jepang) melalui VTR.
Secara umum kegiatan merefleksikan konteks mengajar matematika di
negara Jepang melalui VTR pada saat program pelatihan dianggap baik dan berguna
oleh para guru. Para guru yang merasakan bahwa kegiatan tersebut perlu
disosialisasikan ke kabupaten lain agar lebih banyak guru dapat mempelajarinya.
Mereka merasa bahwa pembelajaran yang tercermin dalam VTR adalah model yang
baik yang juga dapat diimplementasikan dalam konteks pembelajaran di Indonesia.
Namun untuk menerapkan langsung model pembelajaran ini tentunya
tidak akan mudah dan berjalan mulus. Para guru melihat bahwa untuk menerapkan
model yang baik dalam mengajar matematika, seperti tercermin dalam VTR, ada
beberapa kendala yang datang dari: rencana pelajaran, lembar kerja siswa, kompetensi
guru, kesiapan siswa, fasilitas dan peralatan pendidikan, metodologi pengajaran,
alokasi waktu, jumlah siswa dan penganggaran.
Guru perlu untuk meningkatkan kompetensi mengajar mereka dan kompetensi
isi pengajaran. Mereka menganggap bahwa mereka perlu untuk meningkatkan
kompetensi mereka dalam menyiapkan rencana pelajaran dan menghasilkan lembar
kerja siswa. Menurut guru, sebagian besar siswa tidak siap atau tidak mampu
menyajikan ide-ide mereka, melainkan membutuhkan waktu bagi mereka untuk
membiasakan untuk melakukan itu. Sebagian besar sekolah di Indonesia memilik
fasilitas pendidikan yang kurang memadai dan guru harus mampu mengembangkan
media pengajaran.
Dan kendala yang paling sulit untuk menerapkan model tersebut adalah
tentang alokasi waktu. Beberapa guru merasa bahwa tidak mudah untuk memperoleh
keseimbangan antara pencapaian kompetensi siswa dengan pertimbangan proses
pembelajaran siswa. Sementara itu, guru masih harus memfasilitasi jumlah siswa
yang tidak sedikit pada tiap kelas.
Para guru berharap bahwa sekolah dan pemerintah mendukung
pengembangan profesional mereka termasuk kesempatan untuk mendapatkan
pelatihan, untuk berpartisipasi dalam konferensi, untuk berpartisipasi dalam
diskusi antar guru. Para guru merasa bahwa dengan mengikuti kegiatan berdiskusi
tersebut mereka mampu membahas dan mengembangkan rencana pelajaran dan membuat
lembar kerja siswa. Mereka juga berharap pengadaan fasilitas pendidikan di
sekolah oleh pemerintah dan peningkatkan gaji mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar