Selasa, 13 Desember 2011


Metodologi Pembelajaran Matematika

By: Dr. Marsigit, M.A
Reviewed by : Fikri Hermawan

Commonly, mathematics teachers get difficulties to handle the differences of students’ abilities. The teachers inhibit the activities of smart students to wait fot the less intelligent students. And to the less intelligent students, teachers try to involve so that they can chase the smart students although it seems so hard to do.

Ebbutt and Straker (1995: 10-63), gave the guiding to the mathematics teachers to involve so that the students feel fun with mathematics in school. The guiding that they gave is based on basic assumption about the nature of mathematics and the nature of learner:
a. Mathematics is the activity to search pattern and relationship.
b. Mathematics is creativity which need imagination, intuition, and discovery.
c. Mathematics is problem solving activity.
d. Mathematics is communication tool.

In the other side, Ebbutt and Straker (1995: 60-75), gave their view in order to students’ potention can be developed optimally, then these assumptions and implications can be the references:
1. The students will learn if they get motivation.
2. The students learn by their own ways.
3. The students learn independently and by colaboration
4. The students need different context and situations in their learning.

So that mathematics can be taught more attractive, so Ebbutt and Straker gave the suggestions:
1. Preparation of teaching stage
2. Learning stage
3. Evaluation stage


INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN GAIRAH SISWA DALAM BELAJAR
By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Managing teaching learning is not a simple problem. At least four point of view what we should do to manage teaching learning process ( Kuhs and Ball, 1986 in Grouws, 1992) :
1. The group that believes that learning should be emphasized on understanding the material
2. Groups who argue that learning needs give priority to the learning outcomes
3. The group that believes that learning should learner-centric subjects, so that they can develop and build knowledge
4. The group that believes that learning should starting from the planning of classroom management that is conducive to learning

Learning should provide opportunities for teachers to using the choice of teaching methods are adjusted with the level of students abilities such as: method of exposition by the teacher, discussion method, problem solving method, discovery metdod, basic training skill and principles, and also application method.

There are three aspects that the teacher have to pay attention, cognitive aspect, affective aspect, and psycomotor aspect. Development of Cognitive Aspects Ebbutt and Straker (1995: 60-75), gave his view that in order potential students can be optimally developed, assumptions about the characteristics of students and implications for learning is given as follows:
a.    The students will learn if they have the motivation
b.    The students studying in their own way
c.    The students learn both independently and through cooperation with friend
d.    The students need the context and circumstances that vary in their study

There are several classifications (taxonomy) affective aspects, such as taxonomy by krathwhol, et al (1981) and taxonomy by Wilson (1971). According to Krathwhol affective aspects include receiveing, responding, formating of values, the organization and characterization. In addition to aspects of cognitive and affective aspects, aspects of psycomotor skills (Performance) also have an equally important role for know the student's skills in solving problems.


PHILOSOPHICAL EXPLANATION ON MATHEMATICAL EXPERIENCES  OF THE FIFTH GRADE STUDENTS
                         

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Tingkat diskusi filosofis memiliki karakteristik tersendiri seperti kebutuhan untuk cross-check serta membandingkan dengan beberapa titik pandang independen, untuk membangun teori umum tentang subjek terkait. Mackenzie, JS, (1917), menyatakan bahwa filsafat harus memperhatikan hasil penyelidikan umum dari semua ilmu sebagai usaha untuk membangun sebuah teori umum. Untuk mencapai tujuan, penulis menggunakan beberapa pendekatan filosofis seperti interpretasi, coherences internal, idealisasi, perbandingan, analogi dan deskripsi. Berdasarkan pendekatan-pendekatan, penulis menyesuaikan Hermenetics Greimas Struktural Analyses untuk menunjukkan hubungan antara komponen-komponen pengajaran penomoran desimal dengan materi fisik seperti yang dilakukan sebagai bagian dari penelitian Kaye Stacey dkk.

Penelitian ini telah memberikan peneliti wawasan ke dalam peran yang berbeda dari ketaatan epistemis dan aksesibilitas bahan pembelajaran fisik. Para peneliti berpendapat bahwa ketaatan epistemis diperlukan untuk mengajar yang baik didasarkan konsep dengan model, sedangkan aksesibilitas mempromosikan keterlibatan kelas. Ketaatan epistemis dan aksesibilitas memiliki peran yang berbeda dalam pembentukan transparansi. Dari semua temuan tersebut, penulis berusaha untuk mengembangkan metode untuk mengungkap apa yang ada di balik konsep-konsep. Lebih dari semua itu, kita menganggap untuk status pengetahuan matematika yang dimiliki siswa dihasilkan dengan memanipulasi bahan fisik, dalam skema dari Greimas Struktural Hermenetics Analyses.

Jika perbedaan antara dua jenis persepsi masih mitos, maka kita masih bisa berdebat pada status pengetahuan matematika. Seperti diakui oleh para peneliti bahwa beberapa bahan manipulatif dapat mengganggu salah tafsir dan terbuka, bisa menjelaskan dengan teori doubleaffection karena fakta bahwa para guru sudah akrab dengan konsep-konsep yang disajikan. Penulis memandang bahwa gagasan Kant tentang penampilan dalam diri mereka dan hal dalam diri mereka sendiri berguna untuk menjelaskan masalah visibilitas dan atau tembus dari perangkat mekanik.

Penulis menekankan bahwa konteks yang berbeda, yaitu dalam jangka waktu dan ruang seperti yang diberitahukan oleh Kant, dapat mempengaruhi persepsi siswa dari objek. Oleh karena itu, guru perlu untuk membuat orang-orang di sekitar siswa semacam faktor sebagai pendukung satu dalam belajar mengajar matematika. Hubungan antara fitur dari perangkat dan pengetahuan target sangat intensif akan dibahas oleh Kant dalam Critical of Pure Reason. Teori umum dari aspek proses belajar mengajar matematika adalah untuk mengejar dalam jangka waktu hubungan siswa sebagai bahan subyek dan fisik sebagai obyek dalam skema Hermenetics Greimas Struktural Analyses. Upaya untuk mengejar hubungan tersebut akan menentukan tingkat kualitas sudut pandang filosofis


ENGLISH FOR VOCATIONAL EDUCATION

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Berdasarkan dengan konsep kompetensi komunikatif, faktor-faktor berikut harus ada dalam pendidikan kejuruan bahasa inggris:
a.       Kemampuan berbahasa inggris yang memadai.
b.      Dalam berkomunikasi, siswa diharapkan untuk berinteraksi dengan siswa lain serta komunkasi dalam proses pembelajaran konten dalam bahasa Inggris .
c.       Siswa harus diberi kesempatan cukup untuk mengembangkan konten pengajaran dalam bahasa inggris.
d.      Peran guru tidak hanya untuk memfasilitasi komunikasi tetapi juga untuk memfasilitasi bahwa bahasa inggris dijadikan sebagai alat komunikasi utama.
e.      Perlu bagi guru untuk memberi dorongan siswa untuk membiasakan berbicara dalam bahasa Inggris.
f.        Perlu bagi guru untuk mengembangkan media dan alat bantu pengajaran yang mendukung baik isi pengajaran dan Inggris

Di dalam mengembangkan metode mengajar pelajaran di dalam Bahasa Inggris guru harus menyediakan peluang kepada siswanya untuk aktif. Selain itu guru juga melibatkan siswa secara aktif untuk berdialog, melibatkan para siswa dalam tugas-tugas dunia nyata, menciptakan jaringan siswa dan guru. Siswa dan guru juga harus menjalin kerjasama dalam mengembangkan teknologi dan informasi, keterampilan, memberi tugas tepat, memberi motivasi kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Di era globalisasi ini perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi berkembang pesat dalam kehidupan sehari – hari, baik dalam dunia pendidikan maupun dalam dunia pekerjaan. Untuk menghadapi itu semua diperlukan bekal yang matang untuk menghadapinya. Sebagai seorang pendidik adalah sangat penting untuk membekali siswa sekolah dengan keterampilan yang diperlukan dan pemahaman untuk memungkinkan mereka untuk merasa dan menjadi kompeten dalam bidang ini.

Kamis, 08 Desember 2011


Pengembangan Kompetensi Guru Matematika SMP RSBI Melalui Lesson Study

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Education has a vital role in the process of improving the quality of human resources. Therefore, education is expected to be one vehicle to prepare the nation's generation, so the birth of human resources that are reliable and have the ability to face the dynamic development of science and technology today are fast, precise and effective. The purpose of learning mathematics, namely: Train ways of thinking and reasoning in drawing conclusions, develop creative activities, develop problem-solving skills, and developing skills in conveying information or communicate ideas.

Lesson Study conducted activities consist of classroom action research in each school along with observations by teachers and researchers and continued with a reflection activity. Researchers plan to conduct at least two cycles. Each rotation cycle of action includes planning, implementation of actions and observations, and reflections. In the first cycle, the activities carried out at this stage is to develop guidelines for observation, interview guidelines, and questionnaires on the results of discussions with faculty research mentors. In the second cycle, the activities carried out in the second cycle has a purpose for improvement of the first cycle.

This study aims to enhance the pedagogic competence, professional and social teaching of mathematics at SMP RSBI through Lesson Study in three school SMP Negeri 1 RSBI Wates, SMP Negeri 1 Bantul, SMP Negeri 1 Galur, Kulon Progo. Lesson Study activities are held at large running smoothly, but since the eruption of Mount Merapi, then there are adjustments and repair schedules. Lesson Study activities developed capable of encompassing the research activities of students by developing an instrument of reference chosen.

Teacher Competencies developed include: Competency develop realistic approach to mathematics, Mathematical Competence development and competence develop methods Thingking discussion, between teachers and pupils and between pupils and students, methods of solving problems and methods of investigation. While the student activities related to teacher competence is examined and analyzed independently by the student for the purpose of writing a thesis.



INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN
GAIRAH SISWA DALAM BELAJAR

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Teachers in managing the learning is not easy because often find that students sometimes have difficulty in learning (Jaworski, 1994: 83). Therefore there is no right way to teach. And a multitude of facts obtained that is not easy for teachers to change teaching style (Dean, 1982: 32). While we as educators are required to always make the learning method in accordance with the demands of changing times (Alexander, 1994: 20). Judging from the lecturer or teacher's teaching style, there are two polar views of the results-oriented and process-oriented.

If teachers are required to innovate learning then he should be part of a system that promotes innovation as well. Given the teacher in organizing learning often use the textbook as a reference, then so too can become an obstacle for its innovation efforts (Schifter, 1993). Furthermore, he stated that if the teacher has had the desire to innovate, so it may not necessarily occur if policymakers do not give a chance for it. This shows how the concept of plural potential disagreement from the start point for educational innovation.

Competency-based education, now as an alternative to organized learning that emphasizes the skills that should be owned by the graduates; curriculum was developed based on the elaboration of a basic skills competency standards. Standards of competence is an ability that can be performed or displayed in learning, while the minimum basic skills is an ability in the subject which should be owned by students. Basic skills may include the ability of affective, cognitive and psychomotor. The core of the curriculum is competency based on contextual teaching and learning (CT & L), meaningful teaching, attention to life skills in the form of generic skills (personal skills, social skills, academic skills and proficiency skills).

All abilities or competence developed was assessed by the principle of authentic assessment that is not only on memory and comprehension level but up to the application. So that teachers can create learning innovations can make a passionate enthusiasm for student learning, there are some concepts that need to be understood about the nature of science includes understanding each field, the nature of the subject students, and changes in attitude and implementation associated with the change of paradigm.


DEVELOPING MATHEMATICS EDUCATION IN INDONESIA

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Gambaran umum pada saat proses kegiatan pembelajaran di Indonesia adalah guru memberikan dan menjelaskan mengenai materi pelajaran yang diikuti oleh siswa-siswa yang menggunakan kertas dan pensil untuk mencatat materi pelajaran yang guru sampaikan.  Fungsi guru sebagai tokoh sentral dalam menentukan kegiatan dan melakukan instruksi di dalam kelas. Dan siswa jarang aktif terlibat dalam pembelajaran secara langsung apakah dari siswa satu ke siswa yang lain atau memulai proses interaksi dengan orang lain. Kebanyakan guru yang diamati menghabiskan sebagian besar waktu untuk menyampaikan informasi kepada siswa, sehingga papan tulis sejauh ini bantuan visual yang paling umum dan sangat sering digunakan guru untuk menulis daripada untuk melakukan presentasi guna sebagai tempat menuangkan ide-ide siswa mengenai materi pelajaran.

Dalam mempersiapkan guru-guru Sekolah Dasar dan Menengah, banyak sekali masalah yang dihadapi seperti orang-orang yang mendaftar (input) untuk LPTK memiliki potensi akademis yang rendah dan LPTK swasta dengan kualitas rendah yang juga ikut memproduksi guru Matematika dan IPA sehingga dikhawatirkan akan menghasilkan output yang rendah juga. Pelatihan guru Matematika dan IPA tidak terorganisir dan sistematis, baik dari segi konten dan manajemen.

Sedangkan di bidang kurikulum, ditemukan bahwa: (a) masih banyak guru mengalami kesulitan dalam menganalisis isi dari Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), (b) sejumlah materi Matematika dan IPA yang dianggap sulit bagi guru untuk mengajar, (c) sebagian besar anak-anak mempertimbangkan beberapa materi Matematika dan IPA sulit dipahami, (d) guru menganggap bahwa urutan beberapa topik perlu diatur kembali, (e) guru menganggap bahwa aspek-aspek matematika perlu disederhanakan, (f) guru menganggap bahwa mereka perlu pedoman untuk melakukan proses mengajar  menggunakan ilmu pendekatan keterampilan proses.

Dengan berbagai masalah tersebut, maka sudah selayaknya kita tidak tingggal diam untuk segera mengatasi dan mencoba untuk lebih mengembangkan serta meningkatkan pendidikan di indonesia. Salah satu yang telah dilakukan adalah dengan melakukan kerjasama internasional dalam pengembangan pendidikan khusunya matematika dan IPA. Kerja sama JICA IMSTEP yang merupakan proyek pengembangan pengajaran pendidikan matematika dan IPA telah berjalan sejak 1 Oktober 1998. Diharapkan bahwa sejumlah kegiatan JICA IMSTEP dilakukan untuk meningkatkan praktek mengajar guru di sekolah.

 Dua kegiatan yang direvisi termasuk dalam Project Design Matrix adalah "Untuk melakukan uji coba dalam meningkatkan pendidikan matematika dan IPA di sekolah dasar / menengah" (UU 19/01) dan "Untuk bertukar pengalaman tentang kurikulum dan implementasinya dengan sekolah-sekolah dan dalam layanan lembaga-lembaga pelatihan guru ". (UU 1-20). Kedua kegiatan yang ditambahkan untuk mengakomodasi harapan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa hasil dari proyek harus memiliki efek langsung ke sekolah.

Pemerintah Indonesia berusaha untuk mengatasi berbagai masalah terkini terkait dalam masalah pendidikan dan mengambil tindakan untuk menerapkan kurikulum baru "Kurikulum Berbasis Kompetensi" untuk pendidikan dasar dan menengah yang efektif dimulai pada tahun akademik 2004/2005. Kebijakan ini secara logis akan menyiratkan beberapa aspek berikut: program otonomi pendidikan, mengembangkan silabus, meningkatkan kompetensi guru, fasilitas belajar, penganggaran pendidikan, pemberdayaan masyarakat, sistem evaluasi dan jaminan kualitas.