Selasa, 13 Desember 2011


PHILOSOPHICAL EXPLANATION ON MATHEMATICAL EXPERIENCES  OF THE FIFTH GRADE STUDENTS
                         

By: Dr. Marsigit, M.A.
Reviewed by: Fikri Hermawan

Tingkat diskusi filosofis memiliki karakteristik tersendiri seperti kebutuhan untuk cross-check serta membandingkan dengan beberapa titik pandang independen, untuk membangun teori umum tentang subjek terkait. Mackenzie, JS, (1917), menyatakan bahwa filsafat harus memperhatikan hasil penyelidikan umum dari semua ilmu sebagai usaha untuk membangun sebuah teori umum. Untuk mencapai tujuan, penulis menggunakan beberapa pendekatan filosofis seperti interpretasi, coherences internal, idealisasi, perbandingan, analogi dan deskripsi. Berdasarkan pendekatan-pendekatan, penulis menyesuaikan Hermenetics Greimas Struktural Analyses untuk menunjukkan hubungan antara komponen-komponen pengajaran penomoran desimal dengan materi fisik seperti yang dilakukan sebagai bagian dari penelitian Kaye Stacey dkk.

Penelitian ini telah memberikan peneliti wawasan ke dalam peran yang berbeda dari ketaatan epistemis dan aksesibilitas bahan pembelajaran fisik. Para peneliti berpendapat bahwa ketaatan epistemis diperlukan untuk mengajar yang baik didasarkan konsep dengan model, sedangkan aksesibilitas mempromosikan keterlibatan kelas. Ketaatan epistemis dan aksesibilitas memiliki peran yang berbeda dalam pembentukan transparansi. Dari semua temuan tersebut, penulis berusaha untuk mengembangkan metode untuk mengungkap apa yang ada di balik konsep-konsep. Lebih dari semua itu, kita menganggap untuk status pengetahuan matematika yang dimiliki siswa dihasilkan dengan memanipulasi bahan fisik, dalam skema dari Greimas Struktural Hermenetics Analyses.

Jika perbedaan antara dua jenis persepsi masih mitos, maka kita masih bisa berdebat pada status pengetahuan matematika. Seperti diakui oleh para peneliti bahwa beberapa bahan manipulatif dapat mengganggu salah tafsir dan terbuka, bisa menjelaskan dengan teori doubleaffection karena fakta bahwa para guru sudah akrab dengan konsep-konsep yang disajikan. Penulis memandang bahwa gagasan Kant tentang penampilan dalam diri mereka dan hal dalam diri mereka sendiri berguna untuk menjelaskan masalah visibilitas dan atau tembus dari perangkat mekanik.

Penulis menekankan bahwa konteks yang berbeda, yaitu dalam jangka waktu dan ruang seperti yang diberitahukan oleh Kant, dapat mempengaruhi persepsi siswa dari objek. Oleh karena itu, guru perlu untuk membuat orang-orang di sekitar siswa semacam faktor sebagai pendukung satu dalam belajar mengajar matematika. Hubungan antara fitur dari perangkat dan pengetahuan target sangat intensif akan dibahas oleh Kant dalam Critical of Pure Reason. Teori umum dari aspek proses belajar mengajar matematika adalah untuk mengejar dalam jangka waktu hubungan siswa sebagai bahan subyek dan fisik sebagai obyek dalam skema Hermenetics Greimas Struktural Analyses. Upaya untuk mengejar hubungan tersebut akan menentukan tingkat kualitas sudut pandang filosofis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar