Looking for Alternative
Models
in reference to Japanese
Educational Experiences
By: Dr.
Marsigit, M.A.
Reviewed by:
Fikri Hermawan
Gambaran pada saat praktek pengajaran di Indonesia adalah guru umumnya
secara luas menjelaskan dan bertanya dalam konteks instruksi yang kemudian
diikuti oleh para mahasiswanya yang bekerja pada kertas dan pensil di tempat
tugas mereka. Fungsi guru sebagai tokoh sentral dalam menentukan kegiatan
dan melakukan instruksi dan siswa sangat jarang aktif terlibat dalam
pembelajaran secara langsung dari satu sama lain atau memulai proses interaksi
dengan orang lain.
Kebanyakan guru setelah diamati menghabiskan sebagian besar waktu
mengajarnya dengan menyampaikan informasi kepada anak-anak dengan menggunakan
papan tulis, yang sejauh ini digunakan sebagai alat bantu visual yang paling
umum tetapi hanya sering digunakan guru sebagai alat untuk menulis materi saja, daripada untuk presentasi
untuk menuangkan dari ide-ide mahasiswa. Tantangan bagi pendidik dalam
dekade berikutnya adalah untuk meningkatkan belajar siswa keterampilan yang
lebih tinggi dalam matematika, guru harus mengatur instruksi untuk melibatkan
anak-anak sehingga mereka secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri
dengan pemahaman.
Saat ini studi tentang matematika dan ilmu pendidikan di Indonesia memiliki
indikasi bahwa prestasi anak dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Matematika sangat rendah, seperti ditunjukkan
oleh hasil Ujian Nasional (EBTANAS) tahun ke tahun baik di Sekolah Dasar dan
Menengah. Penguasaan anak-anak di Matematika dan konsep serta ketrampilan Ilmu
Pengetahuan masih rendah. Fakta ini mungkin sebagai hasil dari: (a) kekurangan
kegiatan laboratorium, (b) kurangnya guru yang memiliki ilmu yang menguasai
keterampilan pendekatan proses, (c) isi kurikulum pada Matematika dan Ilmu
Pengetahuan terlalu padat, (d) waktu yang banyak yang digunakan sebagai
syarat administrasi untuk menjadi guru; (e) kurangnya peralatan laboratorium
dan sumber daya laboratorium manusia, (f) ketidakcocokan antara pendidikan
tujuan, kurikulum, dan sistem evaluasi.
Kerja sama JICA dan Proyek Pengembangan Ilmu dan Pendidikan Pengajaran
Matematika di Indonesia (IMSTEP) telah berlagsung sejak sejak 1 Oktober 1998. Untuk
yang pertama, selama empat tahun di sana telah banyak kegiatan yang dilakukan
di tiga universitas (Universitas Pendidikan Indonesia-UPI, Universitas Negeri
Yogyakarta-UNY dan Universitas Negeri Malang-UM). Kegiatan-kegiatan
tersebut banyak dilakukan untuk memperkuat guru saat sebelum dan pada saat
melakukan training. Diharapkan bahwa beberapa kegiatan IMSTEP JICA
dilakukan untuk meningkatkan kegiatan praktek di sekolah. Dua kegiatan
termasuk dalam Proyek Matriks Rancangan direvisi "untuk melakukan uji coba
untuk meningkatkan matematika dan ilmu pendidikan di sekolah dasar /
sekunder" (UU 19/01) dan "bertukar pengalaman di kurikulum dan
pelaksanaannya dengan sekolah-sekolah dan dalam layanan lembaga pelatihan
guru ". (UU 20/01). Kedua kegiatan yang ditambahkan untuk
mengakomodasi harapan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa
hasil dari proyek harus memiliki efek langsung ke sekolah.
Kerjasama antara lembaga pendidikan seperti mencari model-model alternatif
sebagai referensi dari pengalaman pendidikan Jepang bisa mendapatkan beberapa
manfaat dan kesempatan, yakni: Mendiskusikan
dan meningkatkan pelaksanaan kurikulum yang mencakup pengembangan buku teks,
bahan ajar, metodologi pengajaran, dan penilaian; Memperkaya pengalaman
pendidik terhadap cara pengajaran matematika dan ilmu pengetahuan; Meningkatkan pengajaran terhadap kualitas
pembelajaran dan mengembangkan laboratorium, Memecahkan masalah belajar
mengajar matematika dan ilmu pengetahuan di sekolah; Merekomendasikan cara-cara
meningkatkan pendidikan matematika dan ilmu pengetahuan; dan Memenuhi
harapan masyarakat dari apa yang disebut pembelajaran yang baik dari pendidikan
matematika dan ilmu pengetahuan.
Poin-poin yang baik dari pendidikan Jepang yang dapat menjadi referensi meliputi:
(a) rata-rata kemampuan dan kualitas guru kelas relatif tinggi, (b) desain kelas
yang tepat untuk mengajar, (c) lingkungan pendidikan, kondisi
pendidikan dan seterusnya adalah homogen untuk seluruh negeri, (d) guru
rajin, (e) prinsip kesetaraan, (f) guru memiliki tanggung jawab yang kuat, (g)
pengobatan guru relatif baik, dan (h) guru sekolah umum harus pindah ke sekolah
lain dalam beberapa tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar